Sebelum
bercerita apa yang ada dimakassar yang aku alami, aku pengen memberitahu pada
temen-temen gimana rasanya ketika ditawari oleh dosenku “Kamu besok ke Makassar,
Dik”. Aku langsung bilang “Ehmm Iya ,Pak.”. Tanpa pikir panjang saya bilang ‘IYA’
karena belum tentu nantinya ada tawaran kayak gini lagi. Tawaran ini aku tidak
sendiri, aku bersama 1 temanku yang di’rantau’kan ke Makassar. Biasa mengikuti
salah satu pelatihan yang nantinya dapat ‘membangun perusahaan’ sendiri dan
pengambilan tema Tugas Akhir (TA) sebagai bekal untuk Wisuda ke 107. Aamiin
Aamiin Ya Rabbal Alamin. :)
Aku
dan teman saya berangkat ke Makassar tepat pada tanggal 12-12-12. Sesuatu banget.
Kita disini Alhamdulillah mendapat fasilitas dari perusahaan yang cukup lengkap
dan sangat lengkap untuk standar mahasiswa. Sudah tidak panjang lebar saya
mengenai fasilitas karena tak bisa diucapkan dengan kata-kata. Asiiikkk. Di Makassar
rencananya aku selama 2 minggu dan berakhir pada tanggal 22-12-12.
Kesan
pertama sampai di Makassar adalah panas. Biasa sama dengan panasnya Surabaya. Inilah
kota dimana Bapak Jusuf Kalla dilahirkan. Dimana Bapak BJ Habibi terlahir di
Provinsi Sulawesi Selatan ini. Para Insinyur penggerak bangsa terlahir disini,
di Kota Makassar di Provinsi Sulawesi Selatan. Sungguh kagum saat ke Makassar.
Tapi
sayang, ada kesan yang tak mengenakan dari aku pendatang di Makassar walaupun cuma
sebentar aku mampir di makassar tapi aku sangat merasakan kesan tak mengenakan
ini. Bukan saya saja tapi teman-temanku juga merasakan yang sama. Kesan tersebut
adalah tentang sampah. Hadehhh sungguh risih dengan adanya sampah yang kurang
diperhatikan. Banyak sampah yang berserakan. Yang terpenting itu aku katakan “Dimana
bak sampah? Dimana bak sampah? Dimana bak sampah?” Perkataan itu terucap saat
melihat sampah yang cukup berserakan dan sangat berserakan. Hmmmm....
Untuk
sekarang, yang Makassar lagi ramai-ramainya kampanye pilkada, aku berharap dari
semua calon kepala daerah, untuk memperhatikan juga sampah yang ada di
Makassar. Dengan sarana bak sampah ditempat-tempat umum, di pinggir jalan, di kampus-kampus,
dimanapun berada “SEDIAKAN TEMPAT SAMPAH”. Pariwisata yang sudah cukup mewah,
perekonomian yang makmur harus juga memperhatikan hal kecil seperti sampah. Itu
yang diminta dari aku dan teman-temanku sebagai pendatang yang bisa dianggap ‘mampir’
saja karena cuma sebentar.
Tapi
aku kagum dengan pembangunan-pembangunan yang dilakukkan kota Makassar yang
cukup pesat menjadikan contoh dari kota-kota lainnya di Indonesia terutama kota
asalku juga “Magetan”. Pengalaman yang sangat berharga. Terimakasih semuanya.
Salam
“IndonesiaMandiri”
asik tuh gan.visit: blogsemualengkap.blogspot.com
BalasHapusmakasih gan..
Hapusjoin blogku jg ya..